Milad 111 pada 2023 ini Muhammadiyah, mengangkat Thema: Ikhtiar Menyelematkan Semesta.

Sebagai gagasan, pandangan terhadap perjalanan negara dan bangsa serta antar bangsa -termasuk internal Muhammadiyah sendiri – menyiratkan pengakuan adanya kerusakan dan untuk itu membutuhkan perbaikan. Bahkan perubahan tak bisa diabaikan.

Segeralah diperbaiki dan ditata-kembali. Sekian perubahan jurus untuk mengawal konsistensi jurusan arah yang ingin dicapai melalui konkritisasi satunya ucapan dan perbuatan. Karena kesemestaan adalah cakupan yang menyeluruh segala bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya, maka ikhtiar ini harus mendalam, meluas dan meninggi.

Terhadap kedudukan dan peranan negara, hak dan kewajiban rakyat di hadapan negara, bagaimana kemanusiaan global merawat perdamaian dunia, kebangsaan yang dikehendaki bersatu dalam keanekaragaman dalam entitas negara yang berkedaulatan rakyat untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka bagi Muhammadiyah nampaknya semua fenomena dan fakta yang menyertainya di atas : Belum baik-baik saja.

Mengikuti arus kerusakan, mendiamkan saja atau menyerukan untuk penyelamatan? Pilihan untuk menyelamatkan itulah mestinya pilihan kita sebagai tanggungjawab keimanan kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang wanti-wanti mengamanati manusia agar tidak membuat kerusakan di alam semesta ini.

Kepastian ayat-ayatNYA dan keteguhan akan Risalah Kenabian Panutan kita Muhammad Rasulullah Sallahu alaihi wassalam mewujud sebagai keimanan Muhammadiyah beserta segenap anggota dan simpatisannya. Namun, kelanjutan atas kontempelasi dan implementasi akan kepastian dan keteguhan itu adalah seberapa jauh dan keberanian kita untuk menindaklanjuti.

Bagaimana Muhammadiyah mendudukkan keikhlasan di depan profesionalisme dan tuntutan manajemen modern; bagaimana menjaga jarak antara keulamaan dan kekuasaan; bagaimana warga Muhammadiyah berpartisipasi politik tanpa memperkuda.

Terhadap pemetaan Muhammadiyah yang diukur sebagai sekumpulan kantong suara dan ditaksir sekian orang pengikutnya dalam bingkai elektabilitas demi pemenangan politik, jelas gamblang merupakan “penghinaan” politik terhadap sejarah Muhammadiyah dalam bersaksi kehadiran Republik Indonesia ini.

Untuk itu, Muhammadiyah harus seimbang dalam terus berjuang, hingga tidak mengesankan bahwa Muhammadiyah hanya selayaknya, semisal sebagai sekumpulan Badan Usaha yang berorientasi keuntungan semata.

Dalam tantangan kesemestaan yang harus diselamatkan, Muhammadiyah harus menyerukan, menyatukan sikap dan tindakan meluas dan meninggikan dalam penguasaan digitalisasi media dan literasi sebagai jalan cepat dan tepat berdakwah amar ma’ruf nahi munkar.

Mengarungi zaman dalam abad keduanya, Muhammadiyah yang berusia 111 tahun ini, dituntut untuk memudakan kembali semangat dan cara pergerakannya. Kita menolak di dakwa bahwa kebesaran Muhammadiyah telah dan sedang mengalami kelambanan respons, menikmati kemapanan, alergi terhadap perubahan dan hanya berorientasi pada kekayaan materi.

Dengan Ikhtiar Menyelamatkan Semesta itulah, kita sambut dengan satu-satunya kata dan tindakan: Ayo bergeraaaak. Lihatlah lambaian tangan dan senyum harapan Kyai Ahmad Dahlan, Kyai Suja’, Haji Fachrodin yang progresif dan….. ribuan tokoh Muhammadiyah di seantero negeri kepulauan terbesar dan terkaya di semesta dunia ini yang telah mendahului kita. Berdoa dan berikhtiar adalah dwitunggal ajaran Muhammadiyah dengan tetap mengakar pada sejarahnya yang mendahului kelahiran negeri ini, Indonesia yang segera harus diselamatkan. Tanpa perubahan, manusia menghentikan peradaban dan kemanusiaan sendiri dan mengingkari perintah tuhan Yang Maha Esa serta kuasa.

Sadarilah sejarahMU.!!

Joko Sumpeno, SH. | Majelis Pustaka dan Informasi PWM Jakarta
NBM 09.03-5695-777024

Komentar